Suaranya yang terbata-bata menahan tangis membuatku terhanyut, serasa tak kuat menahan tangis. Namun kucoba supaya suaraku tak terdengar menangis. Karena aku tahu, saat ini yang dia butuhkan adalah dorongan semangat untuk sembuh, bukan tangis yang akan membuat dia semakin down. Betapa tidak shock setelah pemeriksaan seminggu yang lalu dia divonis kanker payudara ganas dan harus diangkat, dan aku sangat mengerti apa yang dirasakannya.
Bekasi Jakarta dia tempuh setiap hari. Jam 8 pagi harus sudah berangkat dari rumah untuk pengobatan, sudah satu minggu ini. Dia melepaskan profesinya sebagai guru, ketiga perempuan kecilnya jadi kurang terurus. Obat dimasukkan ke dalam tubuhnya melalui infus. Empat botol infus tiap hari harus dilaluinya, yang tetes infus terahir berakhir pada jam 4 sore tiap harinya. Namun hal ini belum bisa memompa semangatnya, masih sangat membutuhkan orang-orang terdekat untuk selalu memberikan semangat untuk sembuh.
Terpaku aku memandangi blackberry di tanganku, dia telah memutuskan telponnya, mataku berkaca-kaca, hatiku ikut menangis. Alhamdulillah atas nikmat Allah Azza wa Jalla di setiap hembusan nafasku, nikmat sehat yang kurasakan selama ini. Astaghfirullah Ya Rab, ampuni segala dosa-dosaku, semoga Allah memberikan keberkahan di sisa umurku dan mengantarkan sampai khusnul khotimah.
Kepedulian kepada diri sendiri sangat penting, karena hanya diri kita yang lebih tahu apa yang kita rasakan, namun kadang kita menyepelekan sesuatu yang sepele. Masih kurang peduli bila keluhan itu belum begitu mengganggu. Ditambah lagi pergi ke dokter itu banyak yang menganggap sebagai ritual yang bikin malas dan wasting time karena atriannya yang panjang, dan ada perasaan takut untuk mengetahui hal sebenarnya pada tubuh kita, belum lagi ditambah dengan pelayanan-pelayanan yang kadang tidak sesuai yang diharapkan ditambah dengan biaya yang lumayan mahal. Dari beberapa pengakuan responden dikatakan bahwa dia masih merasakan perasaan malas untuk melakukan check up kesehatan walaupun biaya sudah ditanggung oleh kantor instansi dia bekerja dan tidak ngantri-ngantri amat karena sudah ada jadualnya, bayangkan saja untuk yang tidak mendapat biaya subsidi untuk hal ini, mungkin perasaan malas bisa semakin tinggi.
Medical Check Up (MCU) yang layaknya dilakukan setiap 6 bulan sampai satu tahun sekali, seringkali juga membuat ketakutan dan kecemasan tersendiri. Namun perlu diperhatikan untuk para wanita, tidak ada daftar pemeriksaan payudara di dalam MCU, ini pengakuan seorang responden. Sehingga perlu pemeriksaan yang lain khusus untuk wanita, seperti SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) ataupun papsmear. Mungkin hal ini juga yang mengakibatkan kanker payudara dan sejenisnya ketahuannya sudah fatal tidak seperti penyakit lain yang bisa diketahui melalui MCU.
Dari kondisi-kondisi yang ada sekarang perlulah kiranya rumahsakit-rumahsakit membuat desain pelayanan yang lebih nyaman. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat pada kesehatan dan membuat masyarakat tidak merasa malas pergi ke rumah sakit.
Tempat-tempat penuh privasi dan pelayanan sangat bagus sudah banyak dijumpai di tempat-tempat untuk memanjakan diri, di salon kecantikan dan spa dll. Dimana selain tempat dan fasilitas, pelayanan adalah pertama yang diutamakan. Customer merasa sangat dihargai dengan servis yang sangat bagus. Hal yang sangat baik apabila rumahsakit mengadopsi kenyamanan pelayanan ini tanpa meningkatkan cost yang sudah ada. Namun apakah hal ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan check up masih dalam penelitian. Ada responden menginginkan bagaimana caranya pemeriksaan MCU bisa dilakukan sambil creambath, meni pedi, luluran dan sejenisnya sehingga merasa sangat nyaman dan tanpa perlu antri.
Retno NW
Read Full Post »