Cerita ini kutulis karena permintaan teman dalam waktu yang sempit dan banyak tugas, topiknya asal comot yang keinget di kepala, katanya mo menilai kekuatan karakter penokohannya… wah ga tau neee… lolos seleksi pa kagak hehehe 😀
*****************************************
“Ehh… kamu, tumben tidak diantar ?”, tanya Nugi setelah sadar ada sosok yang familier duduk di pojok paling belakang. Angkot itu memang tidak terlalu penuh, tetapi ceting di fb lebih menarik perhatian Nugi sehingga dia tidak sadar kalau dari naik tadi ada temennya yang duduk di pojok belakang, lengkap dengan tas punggung dan tas tentengan biru Pascasarjana yang semuanya terlihat penuh. “kalau senin tidak” jawabnya dengan senyum tipis yang udah di setting default.
“Wow hebat dong sekarang udah bisa berangkat sendiri”, lanjut Nugi dengan masih menggenggam HP yang dikalungkan di lehernya. Lagi-lagi yang keluar adalah jurus andalannya, senyumnya yang udah diseting default. Mungkin hal seperti itu adalah hal yang sepele yang menurut dia tidak perlu di jawab, tetapi lebih aneh lagi Nugi, udah tau pasti dijawab secara default masih juga nanya. Sepertinya Nugi memang sengaja melontarkan pertanyaan tidak perlu itu, penasaran mungkin dia, apakah Cire bisa berkata-kata lebih dari yang telah di setting default itu. Pesan yang nongol di HP Nugi membuat dia lebih konsen dengan keypad HPnya, dengan sesedikit tersenyum kecil dia mengetik dan mengetik di HPnya, terlupa kalau ada temannya duduk di angkot yang sama.
Berlin… berlin… Pandangan Nugi terarah ke Pojok jalan itu, tempat biasa dia turun dari angkot. Tempat itu terkenal dengan sebutan berlin. Tersenyum Nugi teringat kelakar Eno dengan sebutan berlin itu, “kok kita tiba-tiba sampai ke jerman ya, ternyata sekarang berlin ada dalam kekuasaan Bogor ya hehe”. Nugi juga sebenarnya cuma ikut-ikutan dengan kebanyakan orang aja, tidak tahu juga asal muasal sebutan berlin itu, apakah maksudnya tembok berlin atau bukan. Yang jelas itu bukan pemisahan antara berlin barat dan berlin timur eh, maksudnya IPB barat dan IPB timur, bukan juga merupakan daerah perang dingin, terus apakah di matchingin sama “Antara tahun 1949 sampai tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin”, nah ini yang menurut Nugi paling cocok, tetapi yang lewat disini adalah mahasiswa IPB. Begitu turun dari angkot, pandangan Nugi langsung berputar kearah foto copy, dan bergegas kearah fotocopy. Nugi gak sadar lagi dimana Cire, karena dia tidak berkata-kata lagi setelah menjawab pertanyaan Nugi yang terakhir, sampai turun dan hilang entah kemana. Dikeluarkan hasil cetakan tugas Nugi hasil begadang semalam, dengan order soft cover warna putih.
Nugi baru melihat Cire lagi di lantai 3, ketika Nia menanyakan tugas Cire, dan bisa ditebak, Nia hanya dapat jawaban dengan senyum defaultnya itu tanpa melambatkan langkahnya sedikitpun. “Nia kamu iseng banget sih, basa-basi ya nanya Cire segala ?”, goda Nugi melihat Nia yang masih terpana dengan jawaban Cire, “ Enggaaak, kan baik hati aku nanya-nanya ke dia, siapa tahu dia belum beres tugasnya hehe”, senyum geli Nia langsung meluncur. Terdengar kasak kusuk dari mahasiswa yang lain bagaimana perjuangan begadangnya semalam, yang secara tidak langsung mengatakan bahwa tugas merupakan beban yang mau tidak mau, bisa tidak bisa harus bisa diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. “Aku baru ngerjain tadi pagi”, ujar Eko sambil membaca-baca tugasnya kembali, “Saya baru tahu tugasnya jam 11 malam”, sambil tersenyum geli pada diri sendiri Fusuy menceritakan kisahnya.“aku baru tidur sejam”, yang lain lagi “aku tidur dulu tapi malah kesiangan… kacau…”, dan semua secara otomatis terdiam saat dosen pengampu mata kuliah memasuki ruangan.
Kuliah berakhir dengan pembahasan yang sangat menarik mengenai KMS, yang membuat imaginasi melambung tinggi. Sang dosen meninggalkan ruang kelas dengan membawa tumpukan tugas-tugas kami. Disela-sela suara gaduh di kelas karena semua orang berbicara, sayup-sayup terdengar pertanyaan “Ada tugas tow…?”, gubraaak… yang mendengar pertanyaan itu saling pandang sambil tersenyum dan ada yang geleng-geleng kepala, bukan lagi senyum default, pandangan default ataupun geleng-geleng kepala default lagi 😀
**********************
Kalau terdapat kesamaan nama, tempat atau kejadian hanyalah kebetulan belaka, ini hanyalah fiksi 😀
Cire itu makhluk apa ya?hehe…kata temanku yg lain dia mahasiswa hebat dan berprestasi… itu
Dosen aja ampe geleng2 kepala kalo dia nanya…saking bingung mencari jawaban dr pertanyaannya itu….
Ternyata Cire bisa jg menjadi inspirasi bagi dirimu ya…hehe…
Dia emang makhluk spesial…ayo dibuat novelnya..ntar aku beli deh..wkwkw
beneran dibeli nee ? hehehe 😀
sing judule iki.. aku rung menangkap “roh” ceritane.. tapi iso ge bacaan ringan segmen remaja-remaji, anak-gadis or perjaka-perjaka..
ini cuma mo nggambarin 2 karakter aja kok, ga ketangkap yaa ? soale ni sekuel pertama hehehe 😀
Berbakat juga sebagai penulis cerpen bu..
ini peluang untuk menjadi penulis cerpen bu..
iya cuma nulis-nulis doang kok Pak, iseng aja :D, tapi punya keinginan untuk bisa hehe…atau Pak Andi punya majalah yang saya bisa isi kolom cerpennya ? xixixixi…..